Seperti yang diajarkan Nabi Muhammad SAW kepada umatnya, sebaiknya berdoalah sebelum tidur, untuk mendapatkan mimpi yang indah. Rasulullah juga mengajarkan beberapa amalan seperti surat al-Fatihah, al-Ikhlas, al-Falaq, dan an-Nas. Kemudian tiup kedua tangan sebanyak tiga kali sebelum diusapkan ke seluruh tubuh, dan bacalah doa sebelum tidur ini:
Bismika rabbi wadla‘tu janbi wa bika arfa‘uhu. In amsakta nafsî farhamha. Wa in arsaltaha fahfazhha bima tahfazhu bihi ‘ibadakas shalihin.
Artinya, "Dengan nama-Mu hai Tuhanku, aku berbaring. Dengan nama-Mu juga aku terbangun. Jika Kau tahan nyawaku, berilah rahmat untuknya. Jika Kau lepaskan nyawaku, peliharalah sebagaimana Kau memelihara para hamba-Mu yang saleh."
Saat kebanyakan manusia terlelap dalam mimpi, ada sekelompok hamba pilihan yang terjaga, meraih momen mustajab untuk bermunajat kepada Sang Pencipta. Inilah waktu yang diabaikan oleh banyak orang, namun sangat diutamakan dalam ajaran agama mulia yang berlandaskan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah ini.
Doa di malam hari, khususnya saat terbangun tiba-tiba, merupakan sebuah anugerah luar biasa dari Allah Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menegaskan bahwa doa di waktu ini tidak hanya diijabah, tetapi juga membawa keberkahan yang tak terhingga.
Siapa yang tidak ingin doa dan ampunannya diterima oleh Allah? Mari kita renungi dan amalkan dengan penuh kesungguhan, karena inilah bagian penting dari jalan menuju rida Allah yang telah diajarkan oleh Rasulullah dan diamalkan oleh para salaf saleh.
Dalil-dalil sahih tentang keutamaan doa di malam hari
Keutamaan doa di malam hari didukung oleh berbagai dalil sahih yang menjelaskan betapa pentingnya waktu ini dalam kehidupan seorang muslim. Berikut adalah beberapa dalil yang menegaskan keutamaan doa ini:
Pentingnya doa saat terbangun malam hari
Bangun di tengah malam, saat keheningan menyelimuti bumi dan kebanyakan manusia terlelap dalam tidur nyenyak, adalah momen yang sangat istimewa. Saat-saat yang penuh dengan keberkahan, ketika Allah Ta’ala membuka pintu rahmat dan ampunan-Nya selebar-lebarnya bagi hamba-hamba yang terjaga dan bermunajat kepada-Nya. Mengapa kita harus melewatkan kesempatan emas ini? Inilah saat terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah, menghidupkan sunah Rasulullah, dan meraih keridaan-Nya.
Bayangkan, betapa besar nikmat yang Allah berikan kepada kita yang memanfaatkan waktu ini untuk berdoa. Ketika kita membaca doa ini dengan ikhlas dan ittiba’ (mengikuti sunah), kita mengakui kelemahan kita dan kebesaran Allah Ta’ala sebagai bentuk tawadhu‘ (kerendahan hati) dan pengakuan bahwa tidak ada daya dan upaya, kecuali dengan izin Allah.
Jadi, janganlah kita melewatkan waktu yang sangat berharga ini. Bangunlah, berdoalah, dan rasakan kedekatan dengan Allah yang tidak bisa didapatkan di waktu lain. Manfaatkanlah setiap waktu terbangun di malam hari untuk kembali kepada Allah, memohon ampunan-Nya, dan meraih rida-Nya. Jadikan doa malam sebagai rutinitas yang tak tergantikan dalam hidup kita, sebagai sarana untuk mencapai kedekatan dengan Allah Ta’ala.
Surah Al-Hajj ayat 24
Ayat-ayat Al-Qur’an juga menekankan pentingnya berdoa dan berzikir di malam hari. Salah satu ayat yang relevan adalah firman Allah Ta’ala,
وَهُدُوا إِلَى الطَّيِّبِ مِنَ الْقَوْلِ وَهُدُوا إِلَىٰ صِرَاطِ الْحَمِيدِ
“Dan mereka diberi petunjuk kepada ucapan-ucapan yang baik dan ditunjuki (pula) kepada jalan (Allah) yang terpuji.” (QS. Al-Hajj: 24)
Orang-orang yang terbangun di malam hari untuk berdoa dan berzikir mendapatkan petunjuk langsung dari Allah ke jalan yang benar dan terpuji. Mereka yang memanfaatkan waktu ini untuk mendekatkan diri kepada Allah akan diberi petunjuk kepada ucapan-ucapan yang baik dan dijaga di jalan yang lurus. Oleh karenanya, sudah semestinya kita meneguhkan tekad untuk menghidupkan sunah ini dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus menjadikan doa malam sebagai bagian dari rutinitas ibadah kita, tidak hanya sebagai bentuk ketaatan, tetapi juga sebagai sarana untuk mendapatkan ampunan dan rahmat Allah Ta’ala.
Hadis riwayat Abu Hurairah
Di dalam Ash-Shahihain dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ اْلآخِرُ، يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ، مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرُ لَهُ
“Rabb kami Tabaraka wa Ta’ala turun ke langit dunia pada setiap malam ketika tinggal sepertiga malam terakhir, lalu berfirman, ‘Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan doanya. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, niscaya Aku akan penuhi permintaannya. Dan barangsiapa yang memohon ampunan kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya.’” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalil di atas menegaskan bahwa Allah Tabaraka wa Ta’ala turun ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir untuk mendengarkan dan mengabulkan doa hamba-hamba-Nya yang berdoa, memohon, dan meminta ampun. Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan bahwa hadis tentang turunnya Allah ke langit dunia ini diriwayatkan oleh 29 sahabat radhiyallahu anhum. Ini menunjukkan betapa kuatnya dalil ini. (Mukhtasharush Shawa-iq Al-Mursalah, 2: 232)
Baca juga: Doa Memohon Ilmu, Rezeki, dan Amal yang Diterima
Mengapa harus mengamalkan doa ini?
Mengabaikan doa terbangun di malam hari berarti kita melewatkan kesempatan besar untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memohon ampunan atas dosa-dosa kita. Waktu malam adalah waktu yang tenang, di mana gangguan duniawi berkurang, memungkinkan kita untuk lebih khusyuk dalam berdoa dan berzikir. Dalam keheningan malam, kita bisa merenung, bermuhasabah, dan merasakan kedekatan dengan Allah yang sulit dicapai di siang hari.
Keikhlasan dalam mengamalkan doa ini juga sangat dianjurkan. Setiap amal ibadah harus dilakukan dengan niat yang tulus semata-mata untuk mengharapkan rida Allah. Membaca doa saat terbangun di malam hari juga mengingatkan kita bahwa tidak ada daya dan upaya, kecuali dengan izin Allah. Dengan mengucapkan,
لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
‘LAHAULA WALAQUWWATA ILLA BILLAH’
Kita mengakui bahwa segala kemampuan dan kekuatan yang kita miliki hanyalah karena pertolongan Allah sebagai bentuk tawadhu‘ (kerendahan hati) dan pengakuan akan keterbatasan manusia di hadapan kebesaran Allah Ta’ala.
Saudaraku, jangan sia-siakan kesempatan emas ini. Hafalkan dan amalkan doa ini, ketika engkau terbangun di malam hari, setelah mengerti dan memahami urgensi doa ini, yakinlah bahwa Allah sedang memberimu kesempatan untuk mengamalkannya. Maka, sekali lagi, jangan pernah menyia-nyiakannya!
Baca juga: Doa Memohon Perlindungan dari Kemalasan dan Keburukan di Usia Tua
Penulis: Fauzan Hidayat
Artikel: Muslim.or.id
Keningku (58 th) berkerut saat mendengar kalimat tentang semboyan “Asih, Asah, Asuh”, yang yang diucapkan teman sejawat saat itu, di ruang kantor SMA N 16 Semarang. Kami berdua sempat berbincang kecil untuk makna dari kata ”3 A “Asih, Asah, Asuh”, apakah sudah kami terapkan di lingkungan kerja kami saat ini? Lalu kami tersenyum simpul bersama.
Aku, tumbuh besar dilingkungan kerja SMA N 16 sejak tahun 1999 (kata orang Jawa: babat alas/ sekolah ini berdiri). Kurang lebih 24 tahun seusia anak sulung saya, membersamai teman sejawat guru dan karyawan dengan beragam pribadi yang berbeda beda. Malalui keberagaman itu kita harus belajar untuk hidup secara bersamaan tanpa memandang latar belakang.
Kadang kala saya merasa situasi dilingkungan kerja kurang kondusif dikarenakan terlupakanya makna : “Asih, Asah, Asuh” dalam dunia kerja. Yang muda merasa mudanya dengan ego yang kadang kadang kurang bisa mengontrol diri sehingga membuat orang lain merasa tidak dianggap dan sakit hati, Yang sepuh kadang kala juga ambil sikap “diam”nya karena tidak mau ikut campur dengan urusan orang lain, hal ini dikarenakan masih adanya penilaian perasan yang masih menekankan “saya”, “dia”, dan “mereka” tetapi bukan “kita”.
“Kalau tidak salah sih, silih asah itu saling mengingatkan satu sama lain. Silih asih berarti saling menyayangi, dan silih asuh itu, saling mengajari,” tutur kepala SMA N 16 Semarang Sri Wahyuni,S.Pd,M.Pd. Tahukah teman kalau semboyan tersebut merupakan bagian dari kekayaan ‘pitutur basa Sunda’, yang mampu menghalau ancaman radikalisme? Salah satu contohnya silih asih, silih asah, silih asuh -meskipun yang populer didengungkan susunannya asah, asih, asuh, sesuai runutan huruf vokal.
“Silih asih sebenarnya diucapkan jadi yang pertama, karena menyayangi menjadi kunci jadi kunci awal. Jadi bagaimana bisa saling membenci dan menyakiti dengan adanya prinsip ini? Yang kedua, masyarakat saling membimbing dengan silih asah, lalu silih asuh, saling menasehati kepada kebaikan dan kebenaran,”
Kearifan lokal pada tiap daerah di Indonesia sangat beragam, tidak terkecuali kearifan lokal yang ada di Tanah Sunda. Falsafah Sunda tersebut membahas bagaimana caranya membangun sistem kemasyarakatan yang harmonis sesama manusia tanpa melupakan jati diri budaya sendiri. Nilai moral budaya Sunda mengandung konsep dasar tentang kehidupan yang dibentuk oleh manusia dan masyarakat yang menimbulkan tekad masyarakat Sunda untuk mewujudkannya. Salah satu falsafah yang masih selalu dijadikan pedoman dan pegangan adalah prinsip ‘Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh’ atau bisa juga disebut dengan istilah ‘Silas’ atau ‘3 SA’.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, silih memiliki arti saling, ganti, tukar. Kata silih yang memiliki arti saling, mengandung makna nilai transformasi yang bersifat resiprokal dan saling memberikan respon dengan penuh kesantunan. Kata ‘silih’ menjadi kunci pembuka untuk mendalami kosmologi atau tatanan ontologis dalam kebudayaan .Kata ini sendiri dalam leksikon merujuk pada kata kerja penyambung yang menyiratkan nuansa ‘berbalas’, ‘timbal balik’, atau ‘mengambil alih’.
Silih asih dimaknai sebagai saling mengasihi dengan segenap kebeningan hati ,saling mengasihi dengan memberikan kasih sayang yang tulus. Kata asih berarti cinta, mengandung makna nilai ontologis bahwa keberadaan ‘asih’ berasal dari Tuhan Yang Maha Pengasih, sehingga nilai asih menjadi landasan kehidupan dalam membangun keharmonisan hidup manusia. Secara singkat silih asih berarti saling menyayangi. Silih asih adalah tingkah laku yang memperlihatkan rasa kasih sayang yang tulus, dengan maksud mewujudkan suatu kebahagiaan. Aspek penanda silih asih adalah sebagai berikut; adanya dedikasiyang tinggi, apapun halangan yang menghadang, akan selalu dilampaui, kemampuan berdisiplin, dalam halnya ketaatan, kesetiaan, dankemampuan untuk membatasi diri; sebagai pengorbanan, kemampuan mengorbankan kepentingan individu demi kepentingan yang dikasihinya secara benar; sebagai ekspresi diriseutuhnya dan sangat diperlukan guna menumbuhkan rasa percaya diri; dapat menimbulkan rasa bahagia sebagai hasil kerja sama yang berasal dari hasil jerih payah yang dicapai bersama.
Silih asih berarti saling menebar cinta kasih atau rasa saling menyayangi. Silih asih merupakan wujud komunikasi dan interaksi antara manusia dengan Tuhan yang menekankan pada cinta kasih Tuhan terhadap sesama manusia. Semangat silih asih merupakan semangat yang tertancap kuat prinsip keTuhanan dan kemanusiaan. Dengan budaya silih asih terjadi keharmonisan, ketentraman, dan keamanan antar umat masyarakat sehingga dalam berkehidupan tidak adanya kelas sosial, semua manusia tidak ada yang dianggap sempurna dan tidak ada manusia yang seluruhnya dicela. Silih asih sebagai falsafah yang nilainya spiritualistik, bagaimana manusia hidup mampu berdampingan dengan sekitar dan sesama ciptaan yang tumbuh dari pendalaman iman dengan Tuhan. Tradisi silih asih sangat berperan dalam menyegarkan kembali manusia dari keterasingan dirinya dalam masyarakat sehingga citra dirinya terangkat dan menemukan ketenangan. Karena dengan kesendirian masyarakat cenderung mengalami kegelisahan, kebingungan, penderitaan, dan ketegangan etis serta mendesak manusia untuk melakukan pelanggaran hak dan tanggung jawab sosial. Silih asih mengajak masyarakat untuk mensyukuri alam dan sumber daya didalamnya untuk digunakan secukupnya serta menjaga kelestarian agar alam tidak bersabda untuk mengembalikan keseimbangan bumi. Dengan adanya silih asih menjauhkan masyarakat dari tindakan-tindakan anarkis.
Konsep dasar silih asah adalah saling mencerdaskan, saling menambah ilmu pengetahuan, memperluas wawasan dan pengalaman lahir batin. Capaian akhirnya adalah peningkatan kualitas kemanusiaan dalam segala aspeknya, baik pada tataran kognisi, afeksi, spiritual maupun psikomotorik. Semuanya bertujuan untuk mengatasi tantangan hidup manusia dan mewujudkan cita-cita dan harapannya dengan baik dan benar. Silih asah adalah proses aktivitas antara dua pihak, ada yang berperan sebagai pemberi pengetahuan dan ada pula yang berperan sebagai penerima pengetahuan. Untuk itu, perlu adanya situasi dan kondisi yang menyertainya seperti:berdiskusi dan saling bertukar pemikiran dengan sesama;memberikan tanggapan dengan cara yang baik terhadap ide yang diusulkan orang lain;memberikan ilmu pengetahuan yang kredibel dan bermanfaat;menciptakan sebuah karya yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan;mencari inovasi baru dalam berbagai bidang yang dapat bermanfaat untuk sesama.
Tradisi silih asah menjadi penghubung antara ilmu pengetahuan dengan dimensi etis sehingga ilmu pengetahuan bukan alat penindasan yang angkuh tetapi ilmu pengetahuan akan menjelma menjadi anggun yang akan membebaskan dan mengangkat derajat masyarakat dari keterbelakangan.
Silih asuh memiliki arti saling membimbing, mengayomi, membina, menjaga, mengarahkan dengan seksama agar selamat lahir dan batin. Secara singkatnya, silih asuh dimaknai kehidupan yang penuh harmoni dan cinta kasih. Silih asuh sebagai alat komunikasi dalam masyarakat untuk saling mengingatkan, memberikan teguran, memberikan masukkan, saran, dan pendapat sehingga ikatan emosional sesama masyarakat, ada ikatan batin yang menganggap bahwa dirinya diperhatikan dengan sesamanya. Silih asih berbicara bukan “saya”, “dia”, dan “mereka” tetapi “kita”. Budaya silih asuh merupakan penjaga ketika dalam penerapan silih asah dan silih asih sedang berjalan. Ada nilai-nilai luhur yang harus tetap dijalankan walaupun kehidupan terus berkembang ke arah modern. Disinilah letak silih asuh sebagai pengingat akan norma-norma/nilai-nilai agar tidak hilang dan terus terjaga dan diteruskan terhadap generasi berikutnya. Silih asuh dapat disimpulkan sebagai salah satu bentuk pola kehidupan yang berorientasi pada kultur saling menjaga dan memelihara sehingga tumbuh kesadaran untuk saling bersilaturahmi dan menjaga hak dan kewajiban antar sesama,untuk itu penanda silih asuh sebagai berikut: kesederajatan adanya kesadaran bahwa kedua belah pihak sederajat sebagai makhluk hidup, tidak saling menekan dan menjajah (membulying);menghargai dan dihargai akan mendorong suasana kemitraan yang nyaman; adil , sebagai kemampuan untuk menghargai atas kualitas yang dicapai tiap individu;bersifat satria sebagai kemampuan untuk tidak menyalahkan orang lain hanya karena ingin menyelamatkan diri sendiri; kaderisasi merupakan kiat untuk mempercepat proses regenerasi, dengan melakukan transformasi informasi dari pengalaman pendahulu sebagai rambu rambu perjalanan kebudayaan bangsa selanjutnya agar tidak mengalami kemunduran.
Contoh implementasi dasar dari prinsip silih asuh yaitu:memberikan teguran kepada sesama ketika melakukan kesalahan,membimbing sesama yang sedang berada dalam kesulitan,mengingatkan norma, nilai, dan aturan di masyarakat agar tidak hilang dan terus terjaga,menghargai dan menghormati semua perbedaan yang ada,menyamakan persepsi dalam rangka mewujudkan tujuan bersama.
Dengan ilmu pengetahuan membawa masyarakat untuk cerdas, cerdas dalam pola pikir, cerdas dalam bertingkah laku, cerdas dalam sikap. Ilmu pengetahuan membuka jendela informasi yang saat ini terus berkembang sehingga diharapkan masyarakat mampu sebagai pembawa arah / arus bangsa dan negara Indonesia menuju cita-cita yang harus dicapai. Kehadiran silih asah sebagai bahasa persatuan dengan membuka pikiran, mendekatkan diri dengan pendidikan, dengan ilmu-ilmu, dengan pandangan-pandangan yang membuat masyarakat berfikir bahwa dunia ini penuh dengan keberagaman dan harus hidup secara bersamaan tanpa memandang latar belakang.Semangat silih asah melahirkan etos dan memperkaya khazanah keilmuan sebagai upaya untuk menciptakan otonomi dan kedisiplinan sehingga tidak mudah tergantung dengan orang lain, karena dengan ketergantungan mempermudah masyarakat untuk tertindas dan terjajah serta mengajak untuk mengikuti paham-paham diskriminasi, intoleransi yang tidak sesuai dengan hati nuraninya.
Bila di lihat secara seksama falsafah Silih Asah, Silih Asih dan Silih Asuh dalam masyarakat sangat kental akan nilai-nilai spritualitas, keharmonisan, dan ketentraman. Nilai-nilai inilah yang seharusnya hidup sampai sekarang bukan berkembang nilai-nilai intoleransi yang digunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Cara memulainya yaitu dengan mendorong hadirnya pendidikan yang berkebudayaan. Agar budaya yang dimiliki bangsa Indonesia tidak hilang yang apabila ditelaah secara dalam bahwa budaya lokal mampu sebagai fondasi yang kuat untuk merajut kembali persatuan dan kesatuan yang saat ini mulai hilang. Mendorong pemuda untuk terlibat aktif dalam kesenian serta memberikan fasilitas seluas-luasnya agar ada kesempatan untuk berekspresi. Serta mengajak setiap masyarakat untuk mempelajari dan memahami budaya lain, karena budaya lain memiliki ciri khasnya masing-masing. Ada ruang-ruang yang bisa dijelaskan dengan jelas dan memberitahukan bagian-bagian yang tidak boleh/dilarang. Proses memberitahukan ini semakin menambah wawasan sehingga terjadi suatu pemaknaan yang sungguh luar biasa.
Asih asah asuh yang memiliki pengertian sebuah dinamika, merupakan suatu tindakan, keberadaan, dan pengalaman. Saling asih asah asuh, dengan demikian, bermakna saling mencintai ,saling mendidik, , dan saling membina, dalam meningkatkan kecerdasan anak, harus diciptakan suasana pendidikan yang tepat dan baik, yaitu pendidikan dalam suasana kekeluargaan dan dengan prinsip asih (kasih), asah (memahirkan), asuh (bimbingan).
Anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik ketika mendapatkan perlakuan dengan baik, yaitu mendapat perlakukan kasih sayang, pengasuhan yang penuh pengertian dalam situasi yang nyaman dan damai,agar dalam pendidikan anak memperoleh sesuatu yang mendapat mencerdaskan pikiran, menguatkan hati dan meningkatkan keterampilan tangan (educate the head, the heart and the hand).
Aktualisasi pembelajaran melalui prinsip asih, asah dan asuh dapat dilakukan dengan menciptakan suasana belajar yang akrab, hangat, ramah serta bersifat demokratis. Anak diberikan kesempatan untuk menentukan keinginannya sendiri karena dalam masa kanak-kanak itu mereka sedang membutuhkan kemerdekaan dan perhatian dalam belajar. Anak biasanya memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar yang ingin diwujudkannya. Guru dan orang tua diharapkan memiliki skill untuk mewujudkan rasa ingin tahu anak tersebut.
Saat ku tulis ini, aku, semakin tidak meragukan “senyum manis ku” untuk teman teman ku di SMA N 16 Semarang dan dimanapun mereka berada.Tidak ada kata terlambat untuk melakukan sesuatu yang terbaik, mari belajar/ berkarya/bekerja/berkinerja dengan CINTA, karena disitulah akan ditemukan makna asih,asah,asuh yang benar benar akan terbangun dengan baik.
Penulis : Petty Yuni Astorini, S.Ag., TAS Pengadministrasi Umum.
Editor : Annisa Erwindani, S.Pd., Guru SMA Islam Hidayatullah.
Jumlah Pembaca : 4,852
Setelah mengetahui bacaan doa malam saat terbangun di tengah malam, Nabi Muhammad saw. menyarankan beberapa hal yang bisa umat muslim lakukan jika sering terbangun di malam hari. Berikut adalah beberapa hal yang bisa kamu lakukan:
Mengibaskan Tempat Tidur
Hal pertama yang bisa umat muslim lakukan selain membaca doa malam adalah dengan mengibaskan tempat tidur menggunakan kain sebanyak tiga kali.
Cara ini bertujuan untuk mencegah dari hal-hal yang buruk. Misalnya saja agar tidak ada hewan atau kotoran yang ada di tempat tidur.
Dengan begitu umat muslim bisa tidur dengan nyaman. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw berikut ini:
"Jika salah seorang di antara kalian terbangun dari tidurnya, kemudian ingin kembali (tidur) maka hendaknya ia mengibaskan tempat tidurnya dengan ujung kainnya tiga kali karena sesungguhnya ia tidak tahu apa yang ia tinggalkan setelah ia bangun."(HR. Tirmidzi)
Selain membaca doa malam, umat muslim juga dianjurkan untuk berzikir. Di mana saat kamu terbangun dari tidur maka banyaklah membaca zikir sampai kamu kembali tidur lagi. Bacaan zikir yang bisa kamu amalkan adalah sebagai berikut:
Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'alaa kulli syai-in qadiir. Alhamdulillahi wa subhaanallah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar wa laa haula wa laa quwwata illa billah.
"Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dialah yang memiliki kerajaan dan bagi-Nya segala pujian. Dia berkuasa atas segala sesuatu. Segala puji bagi Allah, Maha Suci Allah dan tidak ada tuhan kecuali Allah. Allah Maha Besar. Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan (kuasa) Allah."
Disadur dari: Dream.co.id (Penulis: Widya Resti Oktaviana. Published: 29/12/2022)
Yuk, baca artikel Islami lainnya dengan mengeklik tautan ini.
SERAMBINEWS.COM - Mimpi buruk kerap menghantui sebagian orang pada waktu tidurnya. Tak jarang, mimpi buruk ini membuat orang yang mengalaminya kerap khawatir karena takut membahayakan.
Lantas, benarkah mimpi buruk bisa membahayakan? Adakah solusi dalam Islam untuk menghadapi situasi mimpi buruk ini?
Salah satu kejadian yang biasa dialami seorang manusia ketika tertidur adalah bermimpi. Mimpi bisa berupa munculnya gambar, ide, emosi, suasana atau bahkan ingatan di masa lampau saat tidur.
Mimpi bisa dianggap menyenangkan atau pula menyedihkan, sering disebut dengan mimpi buruk tergantung interpretasi dari orang tersebut.
Usai mimpi buruk, kerap kali seseorang merasa kepikiran dengan apa yang dia impikan dalam tidurnya, beberapa orang bahkan takut mimpi tersebut akan menjadi kenyataan, berimbas pada kehidupan atau bahkan membahayakannya.
Benarkah mimpi buruk dapat membahayakan?
Baca juga: Dali Wassink Mualaf Tapi Jenazahnya Dikremasi, Buya Yahya: Dia Sudah Meninggal Dalam Keadaan Beriman
Pendakwah yang juga pendiri pondok pesantren LPD Al Bahjah, Cirebon, Buya Yahya dalam sebuah kajian dakwahnya mengungkap tentang mimpi buruk hingga adab jika bermimpi buruk dalam Islam.
Dilansir Serambinews.com dari kanal YouTube Al Bahjah TV, Rabu (24/7/2024), Buya Yahya mengatakan, jika anda mimpi buruk anda tak perlu khawatir karena mimpi buruk tidak akan membahayakan anda.
Begitu pula jika anda mimpi buruk, hendaknya anda tidak perlu memikirannya.
"Maka hendaknya tidak terlalu memikirkan dari mimpi yang telah dialami tadi, kalau kita mimpi jelek adalah kata Nabi, 'jika engkau mimpi jelek itu adalah mimpi, tidak akan membahayakanmu dan jika engkau mimpi baik itu adalah kabar gembira, bersenanglah engkau'," terang Buya Yahya.
Begitu juga sebaliknya, jika anda bermimpi baik itu berarti adalah kabar gembira dan bersenanglah.
"Jika kebaikan yang kita lihat dalam mimpi kita senang," tegas Buya Yahya.
Baca juga: Sah Atau Tidak Wudhuk Seseorang yang Memakai Kutek, Pacar atau Henna? Ini Penjelasan Buya Yahya
Meski tak perlu risau soal mimpi buruk, Buya Yahya kemudian menambahkan ada beberapa hal yang perlu kita lakukan apabila mimpi buruk itu datang.
Pertama, cukup anda meludah sebanyak tiga kali ke kiri lalu disambung membaca surah Al Falaq dan An Nas.
"jika kita melihat mimpi yang tidak baik, itu adalah mimpi dan tidak akan membahayakanmu. Cukup engkau meludah tanpa mengeluarkan ludah di mulutmu ke kiri tiga kali kemudian engkau membaca ayat seperti Al Falaq dan An Nas, selesai," imbuhnya.
Terakhir kata Buya, penting melakukan hal-hal diatas tanpa rasa ragu, dengan cara begitu, diharapkan anda tak perlu lagi menaruh rasa khawatir dengan mimpi buruk dan tak perlu suudzon atau berburuk sangka.
"Dan jangan rasa ragu lagi dengan mimpi, jangan suudzon kepada siapapun, itu kan Nabi mengajarkan, kalau mimpi jelek cukup anda menoleh ke kiri kemudian anda meniupkan atau meludah tanpa mengeluarkan ludah kemudian setelah itu anda baca Al Falaq dan An Nas, katakanlah mimpi adalah mimpi," pungkas Buya Yahya.
(Serambinews.com/Firdha Ustin)
Hadis riwayat ‘Ubadah bin Shamit
Dari ‘Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,
مَن تَعارَّ من الليل فقال: لا إله إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ ولهُ الْحَمْدُ وهُوَ على كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، الحمدُ للهِ، وسبحانَ اللهِ، ولا إله إلا اللهُ، واللهُ أَكْبَرُ، ولا حَوْلَ ولا قُوَّةَ إلا بِاللهِ، ثم قال: اَللّهُمَّ اغْفِرْ لي – أو دعا – استُجِيبَ له، فإنْ توضأ وصلى قُبِلتْ صلاتُه
“Barangsiapa yang terjaga di malam hari, kemudian dia membaca (zikir tersebut di atas),
لا إله إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ ولهُ الْحَمْدُ وهُوَ على كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، الحمدُ للهِ، وسبحانَ اللهِ، ولا إله إلا اللهُ، واللهُ أَكْبَرُ، ولا حَوْلَ ولا قُوَّةَ إلا بِاللهِ
‘LAILAHAILLALLAH WAHDAHU LASYARIKALAHU. LAHUL MULKU WALAHULHAMDU WAHUWA ‘ALA KULLI SYAI’IN QADIR. ALHAMDULILLAH WASUBHANALLAH WALAILAHA ILLALLAHU WALLAHU AKBAR WALAHAULA WALAQUWWATA ILLA BILLAH’
‘Segala puji bagi Allah. Tiada sembahan yang benar, kecuali Allah semata dan tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nyalah segala kerajaan/kekuasaan dan bagi-Nya segala pujian, dan Dia Mahamampu atas segala sesuatu. Segala puji bagi Allah. Mahasuci Allah. Tiada sembahan yang benar, kecuali Allah. Allah Mahabesar. Serta, tiada daya dan kekuatan, kecuali dengan (pertolongan) Allah.’
Kemudian dia mengucapkan,
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لي
‘Ya Allah, ampunilah (dosa-dosa)ku.’
Atau dia berdoa (dengan doa yang lain), maka akan dikabulkan doanya. Jika dia berwudu dan melaksanakan salat, maka akan diterima salatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis tersebut menunjukkan bahwa orang yang terbangun di malam hari dan mengucapkan doa tersebut, kemudian memohon ampun atau berdoa, doanya akan dikabulkan oleh Allah. Ini menunjukkan betapa besar rahmat Allah bagi hamba-Nya yang mengingat-Nya di waktu malam.